- 16/06/2024
- Sensei Fiqoh
- Blog
Masa Depan Tenaga Kerja dalam Era Digitalisasi Teknologi dan Kebutuhan Tenaga Terampil di Data Center
Dampak Digitalisasi di Indonesia
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memperkirakan bahwa sekitar 80 juta lapangan pekerjaan akan hilang akibat kemajuan teknologi digitalisasi. Namun, di sisi lain, 67 juta pekerjaan baru yang memerlukan keterampilan digital akan tercipta.
Hal ini menuntut adanya transformasi kemampuan dengan teknologi dan pemanfaatan digital di masa depan.
“Transformasi kemampuan dengan teknologi dan pemanfaatan digital ini sangat kita perlukan di masa depan. Ini yang harus kita percepat,” kata Pelaksana Harian Deputi IV Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud, dalam media briefing di kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (12/6).
Otomatisasi menjadi isu utama dalam peralihan ini. Asisten Deputi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja (PPTK) Kemenko Perekonomian, Chairul Saleh, menekankan bahwa otomatisasi sudah menggantikan banyak tenaga kerja manusia konvensional di berbagai sektor.
Untuk menghadapi dampak digitalisasi teknologi ini, pemerintah sedang mempersiapkan tenaga kerja yang siap berhadapan dengan digitalisasi melalui revitalisasi sistem pendidikan vokasi.
“Kita mulai dengan merevitalisasi sistem pendidikan kita, utamanya vokasi untuk saat ini. Karena banyak lulusan tenaga kerja kita yang masih berpendidikan menengah ke bawah. Jadi kita fokuskan pada vokasi, karena vokasi ini yang lebih siap kerja,” tutur Chairul.
Pekerjaan yang sifatnya rutin dan berulang diperkirakan akan mulai hilang karena dapat digantikan oleh algoritma. Oleh karena itu, tantangan utama adalah menyiapkan tenaga kerja yang memiliki skill set untuk mengelola kecerdasan buatan (AI) sebagai proses pekerjaan.
Tidak hanya persoalan lapangan pekerjaan, Musdhalifah juga menyebutkan tantangan lain yang dihadapi Indonesia dalam era digitalisasi teknologi adalah seperti lemahnya keamanan siber dan data konsumen, banjirnya produk impor, serta ancaman predatory pricing.
Kebutuhan Tenaga Terampil di Data Center
Industri pusat data menjadi salah satu sektor yang sangat membutuhkan tenaga terampil. Di Indonesia, Batam dan Jabodetabek menjadi wilayah target pembangunan pusat data. CEO NeutraDC Nxera Batam, Indrama YM Purba, mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 telah mempercepat transformasi digitalisasi teknologi, yang kini terus berlanjut dan memerlukan fasilitas pusat data yang memadai.
“Industri fasilitas pusat data kekurangan suplai tenaga kerja. Pada saat pandemi Covid-19 terjadi, kebiasaan warga bergeser ke digital dan berbagai industri mengikuti tren itu dengan gencar melakukan transformasi digital.
Transformasi digitalisasi teknologi ternyata terus berlanjut usai pandemi dan ini semua membutuhkan fasilitas pusat data,” ujarnya dalam sesi berbagi “CEO NeutraDC Nxera Bersama Politeknik Negeri Batam”, Jumat (14/6/2024), di Jakarta.
Kebutuhan tenaga terampil untuk industri fasilitas pusat data mencakup berbagai latar belakang pendidikan, termasuk bangunan fisik, jaringan, keamanan siber, dan uninterruptible power supply (UPS).
Menurut laporan riset Uptime Institute, 53 persen operator fasilitas pusat data di dunia pada 2022 melaporkan kesulitan menemukan karyawan yang memenuhi syarat.
Pada 2025, diperkirakan setidaknya 2,3 juta staf penuh waktu akan dibutuhkan untuk menjaga pusat data tetap beroperasi secara global.
Untuk mengatasi kekurangan talenta di sektor ini, Uptime Institute menyarankan para pemimpin industri bekerja sama meningkatkan rekrutmen dan pelatihan, dengan strategi baru yang memanfaatkan transformasi digital dan tren inovasi terkini.
NeutraDC Nxera Batam berencana mengombinasikan tenaga kerja dari dalam dan luar Batam untuk memfasilitasi transfer ilmu.
Pendidikan dan Kerjasama untuk Menjawab Kebutuhan
Politeknik Negeri Batam, yang dipimpin oleh Direktur Uuf Brajawidagda, berupaya relevan dengan fenomena industri dengan menyediakan program studi yang sesuai dengan kebutuhan industri pusat data, seperti rekayasa keamanan siber.
Sistem pembelajaran berbasis proyek industri dan magang selama minimal satu tahun membantu mahasiswa siap bekerja di industri.
Uuf mengklaim bahwa 83 persen lulusan terserap industri dalam waktu tiga bulan setelah lulus, dan 90 persen alumni tetap bekerja di Batam, diserap oleh industri lokal.
Menurutnya, Batam sebagai salah satu lokomotif ekonomi Indonesia selalu menjadi lokasi utama untuk pengembangan industri berbasis teknologi dan infrastruktur digital.
Ketua Umum Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO), Hendra Suryakusuma, menambahkan bahwa bisnis pusat data di Indonesia terus bersinar dengan penetrasi pengguna internet yang sudah mencapai 70 persen dari total populasi.
Pada akhir Desember 2023, kapasitas pusat data anggota IDPRO mencapai 300 MW, dengan proyeksi peningkatan menjadi 2 gigawatt pada tahun 2030.
Dalam era digitalisasi teknologi ini, transformasi pendidikan dan kerjasama antara industri dan institusi pendidikan sangat penting untuk menciptakan tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan dan kebutuhan industri masa depan.
Transformasi digitalisasi teknologi yang cepat membutuhkan sinergi antara berbagai sektor untuk memastikan bahwa tenaga kerja siap menghadapi perubahan dan tantangan yang datang seiring perkembangan teknologi.
Salah satu contoh sinergi ini adalah kolaborasi antara industri dan institusi pendidikan dalam menciptakan program studi yang relevan dengan kebutuhan pasar.
Kolaborasi Pendidikan dan Industri
Politeknik Negeri Batam telah menunjukkan langkah konkret dalam menjawab kebutuhan industri pusat data. Dengan program studi yang disesuaikan dengan kebutuhan industri, seperti rekayasa keamanan siber, Politeknik Negeri Batam memastikan lulusannya memiliki keterampilan yang dibutuhkan.
Sistem pembelajaran berbasis proyek industri serta program magang yang diwajibkan selama minimal satu tahun memberikan pengalaman praktis yang berharga bagi mahasiswa.
“Alumni kami terserap di berbagai perusahaan penyedia fasilitas pusat data yang antara lain berlokasi di Nongsa,” ujar Uuf Brajawidagda, Direktur Politeknik Negeri Batam. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang link and match dengan kebutuhan industri dapat memberikan dampak positif bagi lulusan, industri, dan ekonomi lokal.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Meskipun tantangan besar menghadang, ada peluang signifikan dalam transformasi digital ini. Dengan hilangnya pekerjaan yang bersifat rutin dan berulang, muncul peluang untuk pekerjaan baru yang lebih kompleks dan menantang.
Tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam teknologi digital, analisis data, keamanan siber, dan kecerdasan buatan akan sangat dibutuhkan.
CEO NeutraDC Nxera Batam, Indrama YM Purba, menekankan bahwa kebutuhan tenaga terampil di pusat data tidak hanya terbatas pada satu bidang. “Talenta untuk fasilitas pusat data itu banyak, dari konsultan, tenaga untuk konstruksi, hingga operasional. Baik di Batam maupun di Jabodetabek kini sedang (marak) pembangunan fasilitas pusat data,” ungkap Indrama.
Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja dengan berbagai latar belakang pendidikan dapat berkontribusi dalam industri pusat data, asalkan memiliki keterampilan yang relevan.
Upaya Pemerintah dalam Mendukung Digitalisasi Teknologi
Pemerintah Indonesia terus mendorong transformasi digital dengan berbagai inisiatif. Revitalisasi sistem pendidikan vokasi adalah salah satu langkah penting untuk memastikan tenaga kerja siap menghadapi perubahan.
Selain itu, pemerintah juga fokus pada penguatan keamanan siber dan perlindungan data konsumen untuk mengatasi tantangan yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi.
Asisten Deputi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Kemenko Perekonomian, Chairul Saleh, menggarisbawahi pentingnya menyiapkan tenaga kerja yang mampu mengelola kecerdasan buatan dan teknologi digital lainnya.
“Persoalannya bagaimana kita bisa menyiapkan tenaga kerja yang memang punya skill set untuk bisa mengelola AI (kecerdasan buatan) itu menjadi sebuah proses pekerjaan,” tambahnya.
Arah Masa Depan: Pendidikan Berbasis Teknologi dan Kerjasama Multi-sektoral
Masa depan tenaga kerja di Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk beradaptasi dengan digitalisasi teknologi. Pendidikan yang berorientasi pada teknologi dan keterampilan digital menjadi kunci dalam menyiapkan tenaga kerja yang siap bersaing di pasar global.
Kerjasama antara pemerintah, industri, dan institusi pendidikan sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung transformasi digital.
Politeknik Negeri Batam dan NeutraDC Nxera Batam adalah contoh bagaimana kolaborasi yang efektif dapat memberikan hasil positif. Dengan memperkuat sinergi ini, diharapkan lebih banyak institusi pendidikan dan industri lain mengikuti jejak mereka, menciptakan lebih banyak tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dalam era digitalisasi.
Transformasi digitalisasi teknologi di Indonesia menghadirkan tantangan besar namun juga membuka peluang baru bagi tenaga kerja. Kehilangan 80 juta lapangan pekerjaan dapat diimbangi dengan penciptaan 67 juta pekerjaan baru yang memerlukan keterampilan digital.
Dengan revitalisasi sistem pendidikan vokasi dan kolaborasi antara industri dan institusi pendidikan, Indonesia dapat menyiapkan tenaga kerja yang kompeten dan siap bersaing di pasar global.
Dukungan pemerintah dalam memperkuat keamanan siber dan perlindungan data konsumen juga penting untuk memastikan bahwa transformasi digital berjalan dengan aman dan efektif. Masa depan tenaga kerja Indonesia dalam era digitalisasi teknologi sangat bergantung pada kemampuan adaptasi dan kerjasama multi-sektoral yang kuat.